Laporan Pendahuluan
A Latar
Belakang
Perkembangan Kanker
telah dikenal oleh para pemikir sebelumnya dimana Hipokrates memberi nama
kanker berasal dari bahasa latin yaitu “cancri atau kepiting” karena
penyebarannya kesemua arah seperti kaki kepiting dan pada fase lanjut
memberikan riwayat tidak dapat disembuhkan. Terminologi secara umum dipakai
sekarang adalah tumor maligna atau neoplasma dimana neoplasma sendiri berasal
dari bahasa yunani yang berarti pertumbuhan baru atau pembentukan baru. Sel
normal dalam proses pembelahan sel dan membagi diri dalam proses yang teratur
dengan tujuan yang khas dari perkembangan sel untuk mengganti sel yang rusak
atau cedera sedangkan kalau sel itu membentuk jaringan baru disebut tumor atau
neoplasma.(long, 1996)
Neoplasma pada masa abnormal terdiri dari sel-sel yang
mengalami proliferasi (proses bertambah banyak) bersifat otonom dan tak
terkoordinasi, tidak adaptif meskipun rangsang dihilangkan terus tumbuh serta
dibedakan atas jinak (benigna) yang sering disebut dengan tumor dan ganas
(maligna) yang sering disebut kanker. Sifat neoplasma jinak (tumor) peristiwa
lokal/setempat, proliferasi bersifat kohesif, pertumbuhan bersifat sebtrifugal
dengan batas nyata, bergerak keluar, menyebabkan desakan jaringan sekitar,
tidak menyebar jauh, laju pertumbuhan lambat dan ukuran tetap stabil selama
berbulan-bulan/bertahun-tahun sedangkan sifat neoplasma ganas (Kanker)
bertumbuh lebih cepat, progresif, tidak kohesif, penyebaran tidak teratur,
tidak berkapsul, sukar dipisahkan dengan jaringan sekitar dan menyerbu kedaerah
sekitar (infiltrasi), mencari jalan secara destruktif dimana sel neoplasma melepaskan diri dari tumor primer menuju
sirkulasi mengakibatkan emboli sel sehingga tersangkut, keluar pembuluh darah berproliferasi
menjadi tumor sekunder bersifat metastasis atau pengalihan penyakit dari bagian
/ alat tubuh satu kealat atau bagian tubuh lainnya yang tidak saling
berhubungan yang biasanya bersifat lebih ganas dimana produksi sel-sel yang
tidak normal dan tidak mengikuti jaringan yang normal.
Salah satu neoplasma ganas yang
sering terjadi pada beberapa kasus adalah carcinoma mammae dan jaringan
sekitarnya
Sehingga peran perawat dalam memberi asuhan keperwatan kepada
pasien sangat besar dan sangat berpengaruh dimana perawat harus memiliki
pengetahuan untuk pencegahan, pengawasan, dan pengobatan khususnya mengenai
carcinoma mammae atau kanker mammae yang meliputi :
B Tujuan
Askep Ca Mammae
§
Tujuan
Umum
1.
Menurunkan
angka kematian kanker payudara
2.
Meningkatkan
kulalitas hidup penderita kanker payudara
3.
Mengurangi
permasalahan psiko-sosial penderita kankerpayudara.
§
Tujuan
Khusus
1.
Mempersiapkan
mental penderita preoperatif
2.
Mengurangi
perasaan nyeri pre d an post operatif
3.
Mengurangi
bau busuk ulkus yang tidak mengenakan
4.
Melatih
pergerakkan sendi bahu supaya tidak mengalami kontraktur
5.
Menghindari
pembengkakan lengan
6.
Mencegah
infeksi luka operasi
C.
Konsep Dasar
Carsinoma Mammae
Pengertian
Carsinoma
Mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada jaringan mammae
yang tidak normal/abnormal yang terbatas yang bertumbuh perlahan karena suplai
limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan mamae yang banyak mengandung
banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastase.
Penyakit kanker payudara/mammae
adalah penyakit keganasan yang berasal dari struktur parenchim payudara. Paling
banyak berasal dari efitel duktus laktiferus (70 %), efitel lobulus (10%)
sisanya sebagian kecil mengenai jaringan otot dan kulit payudara, kanker
payudara/mammae tumbuh lokal ditempat semula, lalu selang beberapa waktu
menyebar melalui saluran limfe (penyebaran sisitemik) keorgan vital lain
seperti paru-paru, tulang, hati, otak dan kulit.
Etiologi
Karsinoma mammae secara pasti
tidak diketahui penyebabnya tapi pencetus yang sering disebabkan olah estorogen
yang lebih dikenal sebagai estorogen dependent mengandung eseptor yang mengikat estradiol, suatu tife esterogen
yang pertumbuhnya diangsang oleh esterogen, karena reseptor ini tidak muncul
pada jaringan payudara yang normal
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala
paling dini adalah berupa tumbuhnya benjolan pada daerah mamae,
Klasifikasi TNM Kanker
Payudara/mammae
Tahapan ukuran
tumor
|
Keterlibatan nodul
|
Metatasis
|
I kurang dari 2 cm
|
Tidak aa NO
|
Tidak
ada (MO)
|
II Kurang dari 5 cm (T1 dan T2)
|
Axillary nodes dapat berpindah (N1)
|
Tidak
ada (MO)
|
III lebih dari 5 cm dengan invai
kulit atau melebar pada dinding dada
|
Axillary nodes tetap atu dpat
berpindah (N dan N2)
|
Tidak
ada (MO)
|
IV setiap ukuran
|
Setiap nodes
|
Ya
(M1)
|
Prognosa
Prognosa kanker payudara dlam
hal pencapaiansurvival yang tinggi dan perbaikan kualitas idup dipengaruhi oleh
banyak faktor. Faktor prognostik primer antara lain :
- Status kelenjar getah ening (lympa node status) : jum;ah kelenjar getah bening invasi kapsul
- Diameter tumor (tumor size) : diametr tumor mempunyai korelasi dengan penyebarannya kelenjar getah bening
- Hormon reseptor (HR) status : esterogen reseptor (ER), progesteron reseptor (PR)
- Histopathology status : nuclear rade, histologic grade
- S-phase: indeks profilasi sell
- DNA ploidy : ondeks diploid dan undiploid cell
- HER-2 /new reseptor(C-er B-2 reseptor
- P53
- Epiermal growth faktor reseptor (EGFR)
- Cathepsin D
- Angiognesis
- Umur
- Staadium panyakit
Patologi
Ket :
o Apoptosis : program sel dimatikan kalau abnormal
o Protoencogen
: mengatur proses pertumbuhan
o Tumor supresor gen : yang mengatur pertumbuhan
o BCL2 & MDM
2 : meregulasi protein yang
dihasilkan oleh gen
suppresor
o NER : Nucleotine
eksesion refair : gen perbaikkan
o P53 : protein yang mengatur expresi
P21
o P21 : protein yang menekan CDK4,6
o CDK : Cyclin dependent protein kinase : yang
berperan dalam pembelahan sel
Patofisiologi
Kanker mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita karena
kanker (Maternity Nursing, 1997: 254). Penyebab pasti belum diketahui,
namun ada beberapa teori yang menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan
pada mammae, yaitu:
Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone estrogen
dan progesterone yang dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi factor
pertumbuhan sel mammae (Smeltzer & Bare, 2002: 1589). Dimana salah
satu fungsi estrogen adalah merangasang pertumbuhan sel mammae .
Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya pada usia muda lebih jarang ditemukan menderita karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa hormone estrogenlah yang, menyebabkan kanker mammae pada manusia. Namun menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai peninmgkatan resiko Kanker mammae dan resiko kanker mammae lebih tinggi pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya pada usia muda lebih jarang ditemukan menderita karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa hormone estrogenlah yang, menyebabkan kanker mammae pada manusia. Namun menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai peninmgkatan resiko Kanker mammae dan resiko kanker mammae lebih tinggi pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
Virus, Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan
adanya massa abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
Genetik
- Kanker mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic” autosomal dominan.
- Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan.
- mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
- Kanker mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic” autosomal dominan.
- Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan.
- mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor .
Gangguan proliferasi tersebut akan menyebabkan timbulnya sel kanker pada jaringa epithelial dan paling sering pada system duktal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel atipikal. Sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in shtu dan menginvasi stroma. Kanker butuh waktu 7 tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi massa yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang mengenai jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri, seperti periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi ulserasi pada kanker lanjut.
Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran limfe dan melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di kelenjer limfe menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjer limfe regional. Disamping itu juga bisa menyebabkan edema limfatik dan kulit bercawak (peau d’ orange). Penyebaran yang terjadi secara hematogen akan menyebabkan timbulnya metastasis pada jaringan paru, pleura, otak tulang (terutama tulang tengkorak, vertebredan panggul)
Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita kehilangan progersif lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang sangat, anoreksia dan anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi kanker.
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor .
Gangguan proliferasi tersebut akan menyebabkan timbulnya sel kanker pada jaringa epithelial dan paling sering pada system duktal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel atipikal. Sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in shtu dan menginvasi stroma. Kanker butuh waktu 7 tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi massa yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang mengenai jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri, seperti periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi ulserasi pada kanker lanjut.
Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran limfe dan melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di kelenjer limfe menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjer limfe regional. Disamping itu juga bisa menyebabkan edema limfatik dan kulit bercawak (peau d’ orange). Penyebaran yang terjadi secara hematogen akan menyebabkan timbulnya metastasis pada jaringan paru, pleura, otak tulang (terutama tulang tengkorak, vertebredan panggul)
Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita kehilangan progersif lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang sangat, anoreksia dan anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi kanker.
D. Penatalaksanaan Ca
Mammae/kanker payudara
1.
Pembedahan
Terapi bedah bertujuan kuratif dan paliatif
Jenis terapi : lokal
/lokoregional
Jenis terapi : terapi utama
/terapi tambahan
Prinsif terapi kuratif bedah
Pengangkatan sel kanker secara
kuratif dapat dilakukan dengan cara :
·
Modified
radikal mastektomi
·
Breast
conversing treatment (BCT) ± rekontruksi
payudara
·
Tumorrektomi
/lumpektomi /kuadran tektomi /parsial mastektomi ± diseksi axsila
Pengobatan bedah kuratif
dilakukan pada kanker payudara dini (stadium 0, I, dan II), dan pegobatan
paliatif bedah adalah dengan mengangkat kanker payudara secara makroskopis dan
masih meninggalkan sel kanker secara mikroskopis dan biasanya dilakukan pada stadium II dan IV
dan juga untk mengurangi keluhan-keluhan penderita baik perdarahan, patah
tulang dan pengobatan ulkus
Tife-tife pembedahan untuk membuang ca mammae
·
Lympectomi :
Pembuangan sederhana benjolan
tumor
·
Mastektomi
parsial :
pembuangan tumor dan 2,5 – 7,5
cm (1 sampai3 inci) jaringan sekitarnya ubcutaneoou s
·
Mastektomy :
pembuangan seluruh jaringan yang mendasari tumor
payudara , meninggalkan /membiarkan kulit, areola dan memasukkan putting
intact)
·
mastectomy
sederhana :
menghilangkan
seluruh payudara tapi tidak dengan nodus axillary
·
modifikasi
mastektomy radikal :
menghilangkan
seluruh payudara (dengan atau tanpa pectoralis minor) menghilangkan beberapa
axilla lympa nodes
·
mastectoy
radikal :
menghilangkan
seluruh payudara, acillary lympa nodes, pectolaris muscle (besar atau kecil,
dan lemak dan fasia yang berdekatan dengan pembedahan
2.
Radioterapi
Pegobatan radioterapi adalah
untu penobatanlokal /lokoregional yang sifatnya bisa kuratif ataupaliatif.
Radioterapi dapat merupakan terapi utama , misalnya pada operasi BCT dan kanker
payudara stadium lanjut III. Sebagai terapi tambahan/adjuvan biasanya diberikan
bersama dengan terapi bedah dan kemoterapi pada kanker stadium I, II dan IIIA .
Pengobatan kemoterapi umumnya diberikan dalam regimen poliferasi lebih baik
dibanding pemberian pengobatan monofaramasi / monoterapi
3.
Hormon
terapi
Pengobatan hormon terapi untuk
pengobatan sistemik untuk meningkatkan survival, yaitu dengan pemberian anti
esterogen, pemberian hormon aromatase inhibitor, antiGn RH, ovorektomi.
Pemberian hormon ini sebagai adjuvan stadium I, II, III, IV terutama pada
pasiien yangreceptor hormon positif, hormon terpi dapat juga digunakan sebagai terapi p[ravelensi kanker payudara.
4.
Terapi
Paliatif dan pain
Terapi paliatif untuk dapat
dikerjakan sesuai dengan keluhan pasien, untuk tujuan perbaikan kualitas hhdup.
Dapat bersifat medikamentosa, paliatif (pemberian obat-obat paliatif) dan non
medicamentosa (radiasi paliatif dan pembedahan paliatif)
5.
Immunoterapi
dan ioterapi
Sampai saat ini penggunaan
immunoterapi seperti pemberian interferon, modified molekuler, biologi agent,
masih bersifat terbatas sebagai terapi adjuvan untuk mendukung keberhasilan
pengobatan-pengobatan lainnya.
Pengobatan bioterapi dengan
rekayasa genetika u ntuk mengoreksi mutasi genetik untuk mengoreksi mutasi
genetik masih dalam penelitian.
6.
Rehabilitasi
fisik dan psikis
Penderita kanker payudara
sebaiknya setelah mendapat pengobatan
konvensiobnal seperti pembedahan, penyinaran, kemoterapi sebaiknya dilakukan
rehabolitasi fisik untuk mencegah timbulnya komplikasi akiabt treatment
tersebut. Rehabilitasi psikis juga diperlukan untuk mendorong semangat hidup
yang lebh baik.
7.
Kemoterapi
Pengobatan kemoterapi adalah
pengobatan sisitemik yang mengguanakan obat-obat sitostatika melalui aliran
sisitemik, sebagai terapi utama pada kanker stadium lanjut (stadium IIIB dan
IV) dan sebagai terapi tambahan
Pada kasus karsinoma mammae dapat dilakukan pengobatan dengan
radiasi dan pengangkatan mammae (Mastektomi). Pengangatan tergantung sejauh
mana pertumbuhan dan penyebaranya dipilih berdasar stadiumnya.dan chemoterapy
Asuhan Keperawatan klien pra
dan pasca bedah Payudara, meliputi :
Persiapan
dan perawatan sebelum dan sesudah operasi
1
Sebelum
dilakukan pembedahan, penderita disiapkan secara optimal antara lain :
a.
Persiapan
psikologis,
Persiapan psikologis bertujuan
untuk membantu klien mempersiapkandiri dalam memhadapi operasi, perawta
diharapkan mengetahui informasi dokter kepada pasien maupun keluarga, tentang
macam tindakan yang akn dilakukan manfaatdan akibat yang mungkin muncul dan
terjadi serta memberikan penjelasan tentang prosedur-prosedur yang akan
dilakukan sebelum operasi.
b.
psikososial,
persiapan psikososial di
tujukan menghindari adanya gangguan hubungan sosisal dan interpersonal dan
peran dimasyarakat, akiabt perubahan kondisi kesehatan dimana klien seolah-olah
klien tidak mampu menerima simpati dariorang lain, meraik diri dari pergaulan
dan merasa canggung dan bersoislaisasi dengan masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari
c.
persiapan
fisik yang baik,seperti :
Ü perawatan ulkus pada
kanker payudara
adanya bau yangtidak sedap yang
dapat mengganngu lingkungan sekitaranya, kaena ituperlu adanya perawatan yang
intensif sebelu operasi, bau ini terjadi karena adanya jaringan n ekrotik
yangdisertaidengan infeksi sekunde, untuk mengaurangi bau tersebut dapat
dilakukan nekrotomi dan pencucian luka, bisa dengan BWC 3 %, betadine 10%, dan antiseptik lainnya, dan
jangan lupa mengerjakan kultur pus dan sensitifitas tes bakterinya.
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
atau komplikasi yang timbul kerena intervensi anesthesii maupun trauma
pembedahannya.
Ü Mengontrol data-data
laboratorium, seperti pemeriksaan darah,
fungsi lever, fungsi normal, faal hemostasis, gula darah, , urine.
Ü Menontrol
kelengkapan data-data radiologi, seperti fhoto thorak, USG mamma, Mammografi,
bone scan.
Ü Pengosongan saluran
pencernaan 6-8 jam dipuasakan kemudian 3-4 jam dilakukan lavemen,
Ü Pencukuran rambut
ketiak dilakukan 2 jam sebelum operasi
Ü Mandi bersih dan
keramas.
2.
Perawatan sesudah
operasi
Mastektomi adalah suatu
tindakan pengangkatan tumor beserta payudara dan kelenjar axilla.
- Fase pasca anesthesi
Setelah dilakukan mastektomi,
penderita dipindah keruang pemulihan disertai dengan oleh ahli anesthesidan
staf profesional lainnya.
- Mempertahankan ventilasi pulmoner
Menghindari terjadiya
obstruksi pada periode anestesi pada saluran pernafasan, diakibatkan penyumbatan oleh lidahyangjatuh, kebelakang
dan tumpukan sekret, lendir yang terkumpul dalam faring trakea atau bronkhial
ini dapat dicegah dengan posisi yang tepat dengan posisi miring/setengah
telungkup dengan kepala ditengadahkan bila klien tidak bisa batuk dan
mengeluarkan dahak atau lendir, harus dilakukan
penghisapan dengan suction.
- Mempertahankan sirkulasi
Pada saat klien sadar, baik dan
stabil, maka posisi tidur diatur ”semi fowler” untuk mengurangi oozing venous
(keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah halus) lengan diangkat untuk
meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya udema, semua masalah ini
gangguan rasa nyaman (nyeri) akibat dari sayatan luka operasi merupakan hal
yang pailing sering terjadi
- Masalah psikologis
Payudara merupakan alat vital
seseorang ibu dan wanita, kelainan atau kehilangan akibat operasi payudara
sangat terasa oleh pasien,haknya seperti dirampas sebagai wanita normal, ada
rasa kehilangan tentang hubungannya dengan ssuami, dan hilangnya daya tarik
serta serta pengaruh terhadap anak dari segi menyusui.
- Mobilisasi fisik
Pada pasien pasca mastektomi
perlu adanya latihan-latihan untuk mencegah atropi otot-otot kekakuan dan
kontraktur sendi bahu, untuk mencegah kelainan bentuk (diformity) lainnya, maka
latihan harus seimbang dengan menggunakan secara bersamaan.
Latihan awal bagi pasien pasca
mastektomi :
Ü Pada hari
pembedahan, melenturkan dan meluaskan gerakkan jari-jari membalik-balikan
lengan
Ü Hari pertema
pasca operasi harus sudah dimulai fisioterafi pasif dan
aktif
Seperti :
o Fisioterapi aktif :
melatih gerakkan-gerakkan sendi bahu reduksi, rotasi ssendi bahu jika
fisioteraifiditerapkan sedii mungkin tidak akan terjadi kontraktur sendi bahu
dikemudian hari, dan juga dnegan fisioterafi dini, aliran drain lebih aktif dan
lancar.
o Selanjutnya pasien
dapat mengosokkan gigi dan menyisir rambut, pasien haurs mengetahui gerakkan
apa yang dilakukan dalam setiap latihan, misalnya dapat ,mengangkat lengan
keatas, kesamping, dan kedepan, dapat menyisir rambut sendiri dan dapat memakai
rambut sendiri, dengan lengan yang sakit, latihan harus kontiyu dan istirahat
bila merasa sakit
3.
Perawatan post
mastektomi
- Pemasangan plester /hipafik
Dalam hal ini pemasangan
plester pada operasi mastektomi hendaknya diperhatikan arah tarikan-tarikan
kulit (langer ‘line) agar tidak melawan gerakkan-gerakkan alamiah, sehingga
pasien dengan rileks menggerakkan sendi bahu tanpa hambatan dan tidak nyeri
untuk itu perlu diperhatikan cara meletakkan kasa pada luka operasi dan cara
melakukan fiksasi plester pada dinding dada.
§
Plester
medial melewati garis midsternal
§
Plester
posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak
§
Plester
posterior(belakang) melewati garis axillaris psoterior
§
Plester
superior tidak melewati clavicula
§
Plester
iferior harus melewati lubang drain
§
Untuk
dibawah klavicula ujug hifavik dipotong miring seperti memotong baju dan
dipasang miring dibawah ketiak sehingga tidak mengangu grakkan tangan.
- Perawatan pada luka eksisi tumor
Bila dikerjakan
tumorektomi,pakai hipafik ukuran 10 cm yang dibuat seperti BH sehingga
menyangga payudara
- Pemakaian drain redonm harus tetap vakum dan diukur jumlah cairan yang tertampung dalam botol drain tiap pagi, bila drain buntu, misalnya terjadi bekuan darah, bilain drain dengan PZ 5-10 cc supaya tetap lancar. Pada mastektomi radikal atau radikal modifikasi, drain umumnya dicabut setelah jumlah cairan dalam 24 jam tidak melebihi 20-30 cc, pada eksisi tumor mamma tidak melebihi 5 cc
- Klien yang dikerjakan transplantasi kulit kalau kasa penutup luka basah dengan darah atau serum harus segera diganti, tetapi bola penutup (thiersch) tidak boleh dibuka. Thiersch umumnya dibuka pada hari ke-7 pasc bedah untuk melihat apakah hidup atau mati
§ Kalau hidup, tutup
lagi dengan sofratule dan kasa steril
§ Kalau tidak
hidup,luka dapat dikompres dengan larutasn boor atau larutan garam fisiologis
dan buang jaringan yang nekrotik.
§ Demikian pula halnya
kasa penutup donor dan dibuka hari ke 14, keculai kalau ada tanda-tanda infeksi
- Pemberian injeksi dan pengambilan darah
Pada klien yang dilakukan
mastektomi radikal modifikasi sebagian besar kelenjar dari saluran getah bening
axilla dieksisi, yang memudahkan terjadinya oedema lengan. Untuk
mencegahnyajangan melkukan injekdi, mamasang infus, mengabil darah, dsb pada
sisi yang sakit. Penderita harus menjaga lengn dan tangannya dengan baik supaya
jangan sampai terjadi luka atau injeksi yangakan menambah kerusakansluran limfe
diketiak yang sudah minimal, karena kalau terjadi oedema lengan sangat sukar
mengoreksinya dan mungkin memerlukan operasi trasposisi omentum untuk
mengatasinya.
- Pengukuran tensi
Pemgukuran tensi jaringan pada
lengan homolateral dan diseksi axilla karena memudahkan terjadinya oedema
lengan.
E.
Dasar
data pengkajian keperawatan
Data pre dan post operasi
tergantung pada tipe khusus atau lokasi proses kanker dan komplikasi yang ada.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
CA MAMMAE
Pengkajian
1.
Biodata
Ca mammae
terjadi terutama pada usia lanjut (diatas 50 th), tetapi 80 % terjadi pada usia
35 tahun sampai 65 tahun cendrung meningkat 6 kali lipat
Jenis kelamin
: laki-laki dibanding 1 :100
2.
Keluhan utama
Data
Subjektif
Klien mengeluh
adanya benjolan atau ulkus padapayudara an kadang-kadang timbul nyeri, serta
perasaan takut atau cemas.
Data
Objektif
Pada payudara
terdapat adanya borok atau nodul-nodul yang mengeras serta bau tidak enak yang
menyengat
Klien tampak
enggan bergaul dan berintegrasi dengan pasien lain
Klien
terlihat sedih dan sering melamun
Observasi
gejala memegang payudara dan wajah tampak menyeringai
3.
Riwayat penyakit
a.
Sekarang : Klien mengeluh adanya benjolan atau
ulkus pada payudara dan kadang-
kadang timbul nyeri, serta perasaan
takut atau cemas.Pada payudara terdapat adanya borok atau nodul-nodul yang
mengeras serta bau tidak enak yang menyengat Klien tampak enggan bergaul dan
berintegrasi dengan pasien lainKlien terlihat
sedih dan sering melamun, Observasi gejala memegang payudara dan wajah
tampak menyeringai
b.
Dahulu: adanya siklus perubahan
hormonal yang lama dan tidak ada heti-hentinya, menarche awal, menopuse
terlambat dan tidak ada
kehamilan,(long,1996), adanya riwayat kanker sebelumnya, riwayat kehamilan
(nullipara, multipara), penggunaan obat-obatan hormonal kontrapsepsi, riwayat
menstruasi (early menarce, late menopouse). Adanya papaaran radiasi riwayat
peminum alkohol
c.
Keluarga: Ibu dan anak prempuan khususnya
dengan kanker premenopuse atau kanker
payudara bilateral, adanya anggota keluarga yang menderita ca mammae
4.
Pemeriksaan Ca
Mammae/kanker payudara meliputi :
o
Pemeriksaan skrening
Tujuan
untuk menemukan kanker payudara dini pada penderita asimptomatis (tanpa
keluhan) dengan tujuan menurunkan anka kamtian standar pemeriksaan skrining
payudara dapat dilakukan dengan
Mammografi : tebukti lebih akurat mendeteksi kanker
payudara berdiameter kurang dari 0,5 cm dengan acuration rate : ±
80-90 %
o
Pemeriksaan
Diagnostik
Meliputi
:
1.
Anamnesa cermat
mengenai waktu timbulnya tuor dan ada tidaknya faktor resiko
2.
Ifeksi tanda-tanda
kecurigaan kanker payudara
3.
Palpasi, tanda-tanda
kanker payudara.
o Pemeriksaan
Imaging
Terdiri
dari :
1.
Mammografi
2.
USG
3.
MRI
o
Pemeriksaan
Mikroskopik
Pemeriksaan
mikroskopik terdiri dari :
1.
Pemeriksaan biopsi
terbuka (open Biopsy) : insisional biopsi dan eksisional biopsi
2.
Pemeriksaan biopsi
tertutup (minimal invasif biopsy) : needle aspiration biopsy, trucut biopsy
Needle
aspiraton biopsy merupakan piliha utama untuk pemeriksaan diagnostik tumor
payudara yang palpable mass, accuration rate ± 95 %
o
Pemeriksaan tambahan
1.
Pemeriksaan torak
fhoto
2.
Pemeriksaaan bone
scaning /bone survey
3.
Pemeriksaan USG
Abdomen /Bone siurvey
4.
Pemeriksaan USG
abdomen/CT scan abdomen
5.
Pemeriksaan tumor marker
6.
Pemeriksaan
darah/fungsiliver dan tulang
7.
Pemeriksaan head
CT-scan
KOMPLIKASI KEMOTHERAPI
§ Efek
samping :
-
nausea, vomiting
-
alopecia
-
rasa (pengecap)
menurun
-
mucositis
§ toksik
-
hematologik : depresi
sumsum tulang, anemia
-
ginjal, hepar
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Sistem
Integumen
1. Perhatikan
: nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
2. Inspeksi
kemerahan & gatal, eritema
3. Perhatikan
pigmentasi kulit
4. Kondisi
gusi, gigi, mukosa & lidah
B. Sistem
Gastrointestinalis
1. Kaji
frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian
kemotherapi
2. Observasi
perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3. Kaji
diare & konstipasi
4. Kaji
anoreksia
5. Kaji
: jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
C. Sistem
Hematopoetik
1. Kaji
Netropenia
§ Kaji
tanda infeksi
§ Auskultasi
paru
§ Perhatikan
batuk produktif & nafas dispnoe
§ Kaji
suhu
2. Kaji
Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 – berat
3. Kaji
Anemia
§ Warna
kulit, capilarry refill
§ Dispnoe,
lemah, palpitasi, vertigo
D. Sistem
Respiratorik & Kardiovaskular
1. Kaji
terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif –
terutama bleomisin
2. Kaji
tanda CHF
3. Lakukan
pemeriksaan EKG
E. Sistem
Neuromuskular
1. Perhatikan
adanya perubahan aktifitas motorik
2. Perhatikan
adanya parestesia
3. Evaluasi
refleks
4. Kaji
ataksia, lemah, menyeret kaki
5. Kaji
gangguan pendengaran
6. Diskusikan
ADL
F. Sistem
genitourinari
1. Kaji
frekwensi BAK
2. Perhatikan
bau, warna, kekeruhan urine
3. Kaji
: hematuria, oliguria, anuria
4. Monitor
BUN, kreatinin
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko
terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia
2. Resiko
perlukaan berhubungan dengan trombositopenia
3. Lemah
berhubungan dengan anemia
4. Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek samping
5. Perubahan
selaput mukosa berhubungan dengan stomatitis
6. Perubahan
gambaran diri berhubungan dengan alopecia
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Mencegah
infeksi
2. Mencegah
perdarahan
3. Mengurangi
kelelahan
4. Meningkatkan
nutrisi
5. Mengurangi
stomatitis
6. Meningkatkan
koping pada perubahan gambaran diri
THERAPI RADIASI
Terapi radiasi menggunakan energi
tinggi & getaran ion. Dapat menimbulkan kerusakan molekul sel dan perubahan
biokimia : mematikan sel kanker
Jenis therapi radiasi :
§ Teletherapi
: cobalt, lineacc
§ Brakhitherapi
: dosis tinggi lebih terlokalisasi
§ Intra
operative radioterapi, hipertermia
Pertimbangan klinis :
§ Indikasi
: digunakan tersendiri atau kombinasi
§ Perencanaan
pengobatan
Komplikasi :
Komplikasi tergantung dari lokasi,
jenis radiasi, dosis, status kesehatan klien
1. Efek
samping akut 1 – 6 bulan
-
eritema
-
lemah & lunglai
-
nausea, muntah, diare
-
oral : kering,
mucositis, xerostomia
-
dispnoe, pnemonia
-
sistitis
2. Efek
samping kronis > dari 6 bulan
-
Kulit : fibrosis,
kehitaman permanen atropi
-
Gastro intestinal :
fibrosis, obstruksi, ulkus, striktur
-
Oral : xerostomia,
pengecapan menurun, caries gigi
-
Paru : fibrosis
-
Ginjal : nefritis,
fibrosis
-
Kanker lain 5 – 7%
leukemia
Pengkajian
1. Sistem
terkait
2. Emosi/psikologis
klien
Intervensi Keperawatan
1. Mempertahankan
perawatan kulit secara optimal
-
informasikan tentang
reaksi kulit
-
jangan menggunakan
lotion, minyak kosmetik pada lokasi therapi hanya tepung maizena
-
hindari, penekanan,
penggosokan, garuk
2. Memastikan
terlindungi dari efek radiasi
F.
Prioritas
keperawatan pre dan post operasi
PREOPERASI
1. Ansietas
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pra dan pascaoperasi dan takut
akan kecacatan.
Batasan
Karakteristik : Mengungkapkan keluhan khusus, merasa tidak mampu, meminta
informasi, mengungkapkan kurang mengerti dan gelisah, menolak operasi.
Goal : Cemas berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Mengungkapkan
perasaan dan pikirannya secara terbuka, melaporkan berkurangnya cemas dan
takut, mengungkapkan mengerti tentang pre dan post operasi, secara verbal
mengemukakan menyadari terhadap apa yang diinginkannya yaitu menyesuaikan diri
terhadap perubahan fisiknya.
Rencana Tindakan :
1. Jelaskan apa yang
terjadi selama periode praoperasi dan pascaoperasi, termasuk tes laboratorium
praoperasi, persiapan kulit, alasan status puasa,obat-obatan
praoperasi,obat-obatan posoperasi, tinggal di ruang pemulihan, dan program
paskaoprasi. Informasikan pada klien obat nyeri tersedia bila diperlukan untuk
mengontrol nyeri.Rasional pengetahuan
tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan
kerjasama pasien.
2.
Jika
mastektomi akan dilakukan, konsultasikan dulu dengan pasien dan dokter untuk
mendapatkan kunjungan dari tim medis yang bersangkutan. Atur waktu untuk
berdiskusi dengan terapi tentang alternatif metoda-metoda untuk rehabilitasi
suara.Rasional mengetahui apa yang
diharapkan dan melihat hasil yang sukses
membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien berpikir realistik.
3.
Izinkan
pasien untuk mengetahui keadaan pascaoperasi : satu atau dua hari akan dirawat
di UPI sebelum kembali ke ruangan semula,. Rasional
pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari intervensi bedah membantu
menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien untuk memikirkan tujuan yang
realistik.
4.
Jika
akan dilakukan matektomi, ajarkan pasien dan latih cara-cara latihan sebagai
berikut :
Latihan awal bagi pasien pasca
mastektomi :
Ü Pada hari pembedahan,
melenturkan dan meluaskan gerakkan jari-jari membalik-balikan lengan
Ü Hari pertema
pasca operasi harus sudah dimulai fisioterafi pasif dan
aktif
Seperti :
o Fisioterapi aktif :
melatih gerakkan-gerakkan sendi bahu reduksi, rotasi ssendi bahu jika fisioteraifiditerapkan
sedii mungkin tidak akan terj`di kontraktur sendi bahu dikemudian hari, dan
juga dnegan fisioterafi dini, aliran drain lebih aktif dan lancar.
o Selanjutnya pasien
dapat mengosokkan gigi dan menyisir rambut, pasien haurs mengetahui gerakkan apa
yang dilakukan dalam setiap latihan, misalnya dapat ,mengangkat lengan keatas,
kesamping, dan kedepan, dapat menyisir rambut sendiri dan dapat memakai rambut
sendiri, dengan lengan yang sakit, latihan harus kontiyu dan istirahat bila
merasa sakit
2.
Menolak operasi
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pre dan pascaoperasi,
kecemasan, ketakutan akan kecacatan dan ancaman kematian.
Karakteristik
data
: kurang kerjasama dan menolak untuk
dioperasi,menanyakan informasi tentang persiapan pre dan prosedur posoperasi.
Goal : Klien akan
bersedia dioperasi.
Kriteria
hasil :
Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, mengatakan mengerti pre
dan posoperasi, mengatakan berkurangnya kecemasan, klien dioperasi.
Rencana
tindakan :
1.
Kaji
faktor-faktor yang menyebabkan klien menolak untuk dioperasi.
2.
Anjurkan
keluarga untuk memberikan suport seperti dukungan spiritual.
3.
Direncanakan
tindakan sesuai diagnosa keperawatan no.1.
POSt OPERASI
1.
Mempertahankan
jalan napas tetap terbuka, ventilasi adekuat.
2.
Membantu
pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternatif.
3.
Memperbaiki
atau mempertahankan integritas kulit.
4.
Membuat
atau mempertahankan nutrisi adekuat.
5.
Memberikan
dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.
6.
Memberikan
informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan pengobatan.
Tujuan Pemulangan
1.
Ventilasi
atau oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu.
2.
Komunikasi
dengan efektif.
3.
Komplikasi
tercegah atau minimal.
4.
Memulai
untuk mengatasi gambaran diri.
5. Proses penyakit atau
prognosis dan program terapi dapat dipahami.
Diagnosa Keperawatan
1.
Bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan efek dari anestesi, gangguan kemampuan untuk
bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
Batasan
karakteristik
: sulit bernapas, perubahan pada frekwensi atau kedalaman pernapasan,penggunaan
otot aksesori pernapasan, bunyi napas tidak normal,sianosis.
Goal : Klien akan
mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria
hasil :
bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis,frekwensi napas
normal.
Rencana
tindakan :
Mandiri
1)
Awasi
frekwensi atau kedalaman pernapasan.Auskultasi bunyi napas. Selidiki
kegelisahan, dispnea, dan sianosis. Rasional perubahan pada pernapasan, adanya
ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
2)
Tinggikan
kepala 30-45 derajat. Rasional memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan
ekspansi paru.
3)
Dorong
menelan bila pasien mampu. Rasional mencegah pengumpulan sekret oral menurunkan
resiko aspirasi. Catatan : menelan terganggu bila epiglotis diangkat atau edema
paskaoperasi bermakna dan nyeri terjadi.
4)
Dorong
batuk efektif dan napas dalam. Rasional memobilisasi sekret untuk membersihkan
jalan napas dan membantu mencegah komplikasi pernapasan.
5)
Hisap
selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan rongga nasal. Catat jumlah, warna
dan konsistensi sekret. Rasional
mencegah sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan
terganggu dan pasien tidak dapat meniup lewat hidung.
6)
Observasi
jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah posisi pasien untuk
memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang leher atau balutan
posterior.Rasional sedikit jumlah perembesan mungkin terjadi. Namun perdarahan
terus-menerus atau timbulnya perdarahan tiba-tiba yang tidak terkontrol dan menunjukkan
sulit bernapas secara tiba-tiba.
7)
Ganti
selang atau kanul sesuai indikasi. Rasional mencegah akumulasi sekret dan
perlengketan mukosa tebal dari obstruksi jalan napas. Catatan : ini penyebab
umum distres pernapasan atau henti napas pada paskaoperasi.
Kolaborasi
8) Berikan humidifikasi
tambahan, contoh tekanan udara atau
oksigen dan peningkatan masukan
cairan.Rasional fisiologi normal ( hidung) berarti menyaring atau melembabkan udara yang lewat.Tambahan kelembaban
menurunkan mengerasnya mukosa dan memudahkan batuk atau penghisapan sekret
melalui stoma.
9) Awasi seri GDA atau
nadi oksimetri, foto dada. Rasional pengumpulan sekret atau adanya ateletaksis
dapat menimbulkan pneumonia yang memerlukan tindakan terapi lebih agresif.
2.
Kerusakan integritas
kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah
pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau
suplai darah,pembentukan udema dan pengumpulan atau drainase terus-menerus.
Karakteristik
data :
kerusakan permukaan kulit atau jaringan, kerusakan lapisan kulit atau jaringan.
Goal : Menunjukkan waktu
penyembuhan yang tepat tanpa komplikasi.
Kriteria
hasil :
integritas jaringan dan kulit sembuh tanpa komplikasi
Rencana
tindakan :
1)
Kaji
warna kulit, suhu dan pengisian kapiler pada area operasi dan tandur
kulit.Rasional kulit harus berwarna merah muda atau mirip dengan warna kulit
sekitarnya. Sianosis dan pengisian lambat dapat menunjukkan kongesti vena, yang
dapat menimbulkan iskemia atau nekrosis jaringan.
2)
Pertahankan
kepala tempat tidur 30-45 derajat. Awasi edema wajah ( biasanya meningkat pada
hari ketiga-kelima pascaoperasi ).Rasional meminimalkan kongesti jaringan
paskaoperasi dan edema sehubungan dengan eksisi saluran limfe.
3)
Pertahankan
posisi somifowler pada punggung atau sisi yang tidak sakit dengan lengan tinggi
dan disokong dengan bantal Rasional memabantu drainase dengan bantuan gravitasi
4)
Awasi
drainase berdarah dari sisi operasi, jahitan dan drein.Rasional drainase
berdarah biasanya tetap sedikit setelah 24 jam pertama. Perdarahan terus-menerus
menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian medik.
5)
Catat
atau laporkan adanya drainase seperti susu. Rasional drainase seperti susu
menunjukkan kebocoran duktus limfe torakal ( dapat menyebabkan kekurangan
cairan tubuh dan elektrolit ).Kebocoran ini dapat sembuh spontan atau
memerlukan penutupan bedah.
6)
Ganti
balutan sesuai indikasi bila digunakan. Rasional balutan basah meningkatkan
resiko kerusakan jaringan atau infeksi. Catatan : balutan tekan tidak digunakan
diatas lembaran kulit karena suplai darah mudah dipengaruhi.
7)
Bersihkan
insisi dengan cairan garam faal steril dan peroksida ( campuran 1 : 1 ) setelah
balutan diangkat. Rasional mencegah pembetukan kerak , yang dapat menjebak
drainase purulen, merusak tepi kulit, dan meningkatkan ukuran luka. Peroksida
tidak banyak digunakan karena dapat membakar tepi dan menggangu penyembuhan.
8)
Jangan
melakukan pengukuran TDm menginjeksikan obat atau memasukkan IV pada lengan
yang sakit. Rasional, meningkatkan pontensial konstriksi infewksi, dan
limfadema pada sisi yang sakit
9)
Kosongkan
drain luka secara periodik catat jumlah dan karakteristik drainase
Rasional, akumulasi cairan
drainase (cont, limfe, darah meningkatkan penyembuhan dan menurunkan kerentanan
terhadap infeksi, alat penghisap (contoh, hemovac, jacsonfart) sering
dimasukkan selama masa pembedahan untuk mempetahankan tekanan negatif pad
aluka, selang bisanya diangkat sekitar hari ketiga atau bila drainase berhenti.
Kolaborasi
10)
Berikan
antibiotik oral, topikal dan IV sesuai indikasi. Rasional mencegah atau
mengontrol infeksi.
3.
Perubahan membran
mukosa oral berhubungan dengan dehidrasi, kebersihan oral tidak adekuat, kanker
oral, penurunan produksi saliva sekunder terhadap radiasi atau prosedur
pembedahan dan defisit nutrisi.
Karakteristik
data :
Xerostomia ( mulut kering ), ketidaknyamanan mulut, saliva kental atau banyak,
penurunan produksi saliva, lidah kering,pecah dan kotor,bibir inflamasi, tidak
ada gigi.
Goal : menunjukkan membran
mukosa oral baik atau integritas membran mukosa baik.
Kriteria
Hasil : mulut
lembab atau tidak kering, mulut terasa segar, lidah normal, bersih dan tidak
pecah, tidak ada tanda inflamasi pada bibir.
Rencana
tindakan :
Mandiri
1) Inspeksi rongga oral
dan perhatikan perubahan pada saliva.Rasional kerusakan pada kelenjar saliva dapat menurunkan
produksi saliva, mengakibatkan mulut kering. Penumpukan dan pengaliran saliva
dapat terjadi karena penurunan kemampuan menelan atau nyeri tenggorok dan
mulut.
2) Perhatikan perubahan
pada lidah, bibir, geligi dan gusi serta membran mukosa. Rasional pembedahan
meliputi reseksi parsial dari lidah, platum lunak, dan faring. Pasien akan
mengalami penurunan sensasi dan gerakan lidah, dengan kesulitan menelan dan
peningkatan resiko aspirasi sekresi, serta potensial hemoragi. Pembedahan dapat
mengankat bagian bibir mengakibatkan pengaliran saliva tidak terkontrol. Geligi
mungkin tidak utuh ( pembedahan ) atau mungkin kondisinya buruk karena
malnutrisi dan terapi kimia. Gusi juga dapat terinflamasi karena higiene yang
buruk, riwayat lama dari merokok atau mengunyah tembakau atau terapi kimia.
Membran mukosa mungkin sangat kering, ulserasi,eritema,dan edema.
3) Hisapan rongga oral
secara perlahan atau sering. Biarkan pasien melakukan pengisapan sendiri bila
mungkin atau menggunakan kasa untuk mengalirkan sekresi. Rasional saliva
mengandung enzim pencernaan yang mungkin bersifat erosif pada jaringan yang
terpajan. Karena pengalirannya konstan, pasien dapat meningkatkan kenyamanan
sendiri dan meningkatkan higiene oral.
4) Tunjukkan pasien
bagaimana menyikat bagian dalam mulut, platum, lidah dan geligi dengan sering.
Rasional menurunkan bakteri dan resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan
jaringan dan kenyamanan.
5) Berikan pelumas pada
bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi. Rasional mengatasi efek kekeringan
dari tindakan terapeutik; menghilangkan sifat erosif dari sekresi.
4.
Nyeri akut
berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya selang
nasogastrik atau orogastrik.
Karakteristik data : Ketidaknyamanan
pada area bedah atau nyeri karena insisi bedah, perilaku distraksi, gelisah,
perilaku berhati-hati.
Goal :
Nyeri
klien akan berkurang atau hilang.
Kriteria
hasil :
klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi wajah ceria.
Rencana
tindakan :
1) Kaji keluahan nyeri,
perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas nyeri (o-10). Perhatikan petunjuk
verbal dan nor verbal. Rasional membantu dalam mengidentifikasi derajat
ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk efektif analgesik. Jumlah jaringan, otot,
dan sisitem limfatik diangkat dapat dapat mempengaruhi jumlah nyeri yang
dialami. Kerusakan saraf pada regio aksilaris yang menyebabkan kebas pada
lengan atas dan regio skapula yang dapat ditoleransi daripada nyeri pembedahan
catatan : nyeri pada dinding dapat terjadidari tegangan otot, dipengaruhi oleh
panas atau dingin ekstrem, dan berlanjut selama beberapa bulan.
2) Diskusikan masih
adanya sensasipayudara normal. Rasional memberikan kenyakinan bahwa sensasi
bukan imajinasi dan penghilangan dapat dilakukan
3) Batu pasien
menemukan posisi yang nyaman. Rasional. Peninggian lengan, ukuran baju, dan adanya drain mempengaruhi kemampuan
pasien utuk rilwks dan tidur/istirahat secara efektif.
4) Catat indikator non
verbal dan respon automatik terhadap nyeri. Evaluasi efek analgesik. Rasional
alat menentukan adanya nyeri dan keefektifan obat.
5) Anjurkan penggunaan
perilaku manajemen stres, contoh teknik relaksasi, bimbingan imajinasi.
Rasional meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan analgesik dan
meningkatkan penyembuhan.
6) Kolaborasi dengan
pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan Darvon sesuai indikasi. Rasional
derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai
dengan kondisi tubuh.Diharapkan dapat menurunkan atau menghilangkan nyeri.
5.
Gangguan citra diri
berhubungan dengan kehilangan payudara, perubahan anatomi tubuh.
Karakteristik
data :perasaan
negatif tentang citra diri, perubahan dalam keterlibatan sosial, ansietas,
depresi, kurang kontak mata.
Goal :
Mengidentifikasi
perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri sendiri.
Kriteria
hasil :
menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti dengan
partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positip dengan orang
lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah
terjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup. Berpartisipasi
dalam tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi.
Rencana
tindakan :
1)
Diskusikan
arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi persepsi situasi
atau harapan yang akan datang.Rasional alat dalam mengidentifikasi atau
mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi secara
konstruktif.
2) Catat bahasa tubuh
non verbal, perilaku negatif atau bicara sendiri. Kaji pengrusakan diri atau
perilaku bunuh diri. Rasional dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan,
kebutuhan untuk pengkajian lanjut atau intervensi lebih intensif.
3) Catat reaksi emosi,
contoh kehilangan, depresi, marah. Rasional pasien dapat mengalami depresi
cepat setelah pembedahan atau reaksi syok dan menyangkal. Penerimaan perubahan
tidak dapat dipaksakan dan proses kehilangan membutuhkan waktu untuk membaik.
4) Susun batasan pada
perilaku maladaptif, bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positip yang
akan membaik. Rasional penolakan dapat mengakibatkan penurunan harga diri dan
mempengaruhi penerimaan gambaran diri yang baru.
5) Kolaboratif dengan
merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber pendukung, contoh ahli terapi
psikologis, pekerja sosial, konseling keluarga. Rasional pendekatan menyeluruh
diperlukan untuk membantu pasien menghadapi rehabilitasi dan kesehatan.
Keluarga memerlukan bantuan dalam pemahaman proses yang pasien lalui dan
membantu mereka dalam emosi mereka. Tujuannya adalah memampukan mereka untuk
melawan kecendrungan untuk menolak dari atau isolasi pasien dari kontak sosial.
6.
Ganguan mobilisasi
fisik berhubungan dengan penurunan massa otot/ kekuatan otot akiabt luka bekas
operasi
Karakteristik
data : perasaannyeri
pada saatr aktifitas, menolak untuk bergerak, membatasi rentang gerak.
Goal :
mobilisasi
fisik dapat terpenuhi dan berpartisifasi aktif dalam terapi.
Kriteria
hasil :
menunukkan tehnik yang memampukan melakukan aktivitas, Peningkatan
kekuatan bagian dalam tubuh yang sakit.
Intervensi :
1)
Tinggikan
lengan yang sakit sesuaiindikasi mulai melakukan rentang gerak psif (con :
pleksi/ekstensi siku, pronasi/supinasi pergelangan, menekuk/ekstensi jari)
sesegera mungkin. Rasional. Meningkatkan aliran limfe vena, mengurngi
kemungkinan limfadema. Latihan pasca oerasi dini biasanya muaipada 24 jam
pertama untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan
gerak/mobilisasi.
2)
Biarkan
pasien untuk menggunakan lengan utuk kebersihan diri, contoh makan, menyisir
rambut, mencucui muka, Rasionalpeningkatan sirkulasi, membantu meminimalkan
edema dan mempertahankan kekuaatan dan fungsi lengn da tangan, aktivitas ini
menggunakan lengan tanpa abduksi yang dapat menekan jahitan pada periode pasca
operasi.
3)
Bantu
dalam perawatan diri sesuai dengan
keperlan. Rasional . menghemat energi mencegah kelelahan.
4)
Tingkatkan
latihan ssesuai indikasi, contoh ekstensi aktif lengandan rotasi bahu saat
berbaring sitempat tidur, mengpakkan pendulum, memutar tali, mengangkat lengan
untuk menyentuh ujung jari dibelakang kepala. Rasional mencegah kekakuan sendi,
meningkatkan sirkulasi dan mempertahankan
tonus otot bahu dengan lengan.
5)
Lanjttkan
pada tangan (jari berjalan didinding) menjepit tangan dibelakang kepala, dan
latihan abduksi penuh sesgera mungkin pasien dapat melakukan Rasional
karenakelompok latihan ini dapat menyebabkan tegangan berlebihan pada insisi,
sampai terjadi proses penyembuhan lebih lanjut, latihan dihentikan.
6)
Evaluasi
adanya /derajat latihan sehubungan dengan nyeri dan perubahan mobilisasi sendi,
mengukur lengan atas dan lengan bawah bila terjadi udema.rasional. mengawasi
kemujuan/perbaikkan koplikasi dapat memerlukan penundaan untuk meningkatkan
adanya latihan dan menunggu sampai
penyembuhan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dunna, D.I. Et al. 1995. Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach
2 nd Edition : WB Sauders.
Long, C. Barbara (1996). Essential
Of Medical – Surgical Nursing A Nursing Process Approcach. C.V Mosbx
Company St Louis, USA.
PPNI pertemuaan ilmiah perawat
bedah Indonesia (2000) “ Pendekatan asuhan keperawtan secara
parifurna dalam penanganan kasus bedah” Surabaya
Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan
Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De
Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar