LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN KLIEN APENDISITIS
I.
KONSEP MEDIS
A.
Pengertian
Apendisitis merupakan
peradangan pada apendik periformis. Apendik periformis merupakan saluran kecil
dengan diameter kurang lebih sebesar pensil dengan panjang 2-6 inci. Lokasi
apendik pada daerah illiaka kanan, di bawah katup iliocaecal, tepatnya pada
dinding abdomen di bawah titik Mc Burney.
B.
Patofisiologi
Penyebab utama
appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh
hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab terbanyak, adanya fekalit
dalam lumen appendiks. Adanya benda
asing seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya,
sebab lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).
Massa/Tinja/Benda Asing
↓
Obstruksi lumen apendiks
↓
Peradangan
↓
Sekresi mukus tidak dapat keluar
Pembengkakan jaringan limfoid
↓
Peregangan apendiks
↓
Tekanan intra-luminal ↑
Suplai darah terganggu
↓
Hipoksia jaringan
↓
Nyeri
Obstruksi apendiks itu
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama mukus yang
terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang
tunika serosa dan peritonium viseral.
Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X
maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu
lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan aliran
vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan
bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran
arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan appendisitis
gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan
appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi
apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini
disebut sebagai appendisitis abses. Pada
anak – anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih
panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih
kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah,
maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila
appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul
dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).
C.
Etiologi
1.
Ulserasi pada mukosa
2.
Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)
3.
Pemberian barium
4.
Berbagai macam penyakit cacing
5.
Tumor
6.
Striktur karena fibrosis pada dinding usus
D.
Insiden
Apendisitis sering terjadi pada usia tertentu
dengan range 20-30 tahun. Pada wanita dan laki-laki insidennya sama kecuali
pada usia pubertas dan usia 25 tahun wanita lebih banyak dari laki-laki dengan
perbandingan 3 : 2
E.
Pencegahan
Pencegahan pada apendisitis yaitu dengan menurunkan
resiko obstruksi atau peradangan pada lumen apendik. Pola eliminasi klien harus
dikaji, sebab obstruksi oleh fecalit dapat terjadi karena tidak adekuatnya diit
serat, diit tinggi serat.
Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga
meminimalkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda
apendiksitis meminimalkan resiko terjadinya gangren, perforasi, dan
peritonitis.
II.
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
2.1.1
Anamnese
1)
Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk
rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan,
pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
2)
Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama nyeri yang
disebabkan insisi abdomen.
3)
Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi,
operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-abatan yang
pernah digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah
diderita.
4)
Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya yang dilakukan
dan bagaimana genogramnya.
5)
Pola Fungsi Kesehatan
·
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol
dan kebiasaan olah raga (lama
frekwensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam
mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
·
Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat
mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
·
Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak
karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus
bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
·
Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak
bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat, penderita
mengalami emosi yang tidak stabil.
·
Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan,
pearaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi
terhadap orang tua, waktu dan tempat.
·
Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
·
Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana
cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
2.1.2
Pemeriksaan Fisik
1)
Status kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan
sakit tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.
2)
Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka
pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah.
3)
Kepala dan Leher
Ekspresi wajah
kesakitan pada konjungtiva lihat apakah
ada warna pucat.
4)
Thoraks dan Paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan
nafas, gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi pernafasan
biasanya normal (16 – 20 kali permenit).
Apakah ada ronchi, whezing, stridor.
5)
Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya
pristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual,
apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa
apakah produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau hematuri
jika dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak ada pembuntuan
serta terfiksasi dengan baik.
6)
Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya
nyeri yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
2.1.3
Pemeriksaan Penunjang.
1)
Pemeriksaan Laboratorium
Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 mn.
Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan
eritrosit .
2)
Pemeriksaan Radiologi
BOF, tampak distensi sekum pada appendisitis akut.
2.2 Diagnosa
Keperawatan dan Intervensi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan/Kriteria
|
Intervensi
|
1.
|
Nyeri abdomen
berhu-bungan dengan obstruksi dan peradangan apen-diks.
Subyektif :
·
Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut
kanan bawah.
·
Tungkai kanan tidak dapat diluruskan.
Obyektif :
·
Nyeri tekan di titik Mc Burney.
|
Nyeri
berkurang.
Kriteria :
Klien
mengungkapkan rasa sakit berkurang.
Wajah dan
posisi tubuh tampak rileks
|
·
Kaji tanda vital
·
Kaji keluhan nyeri, tentukan lokasi, jenis dan
intensitas nyeri. Ukur dengan skala 1-10.
·
Jelaskan penyebab rasa sakit, cara mengurangi.
·
Beri posisi ½ duduk untuk mengurangi
penyebaran in-feksi pada abdomen.
·
Ajarkan tehnik relaksasi.
·
Kompres es pada daerah sakit untuk mengurangi
nyeri.
·
Anjurkan klien untuk tidur pada posisi nyaman
(miring dengan menekuk lutut kanan).
·
Puasa makan minum apabila akan dilakukan
tindakan.
·
Ciptakan lingkungan yang tenang.
·
Laksanakan program medik.
·
Pantau efek terapeutik dan non terapeutik dari
pembe-rian analgetik.
|
2.
|
Resiko
kekurangan vo lume cairan berhubung an dengan mual, mun- tah, anoreksia dan
diare.
|
Cairan dan
elektrolit da-lam keadaan seimbang.
Kriteria :
Turgor kulit
baik.
Cairan yang
keluar dan masuk seimbang.
|
·
Observasi tanda vital suhu, nadi, tekanan
darah, perna-pasan tiap 4 jam.
·
Observsi cairan yang keluar dan yang masuk.
·
Jauhkan makanan/bau-bauan yang merangsang mual
atau muntah.
·
Kolaborasi pemberian infus dan pipa lambung
|
3.
|
Kurang
pengetahuan tentang prosedur per-siapan dan sesudah operasi.
Subyektif
Klien /
keluarga ber-tanya tentang prosedur persiapan dan sesudah operasi
Obyektif
Klien tidak
kooperatif terhadap tindakan per-siapan operasi.
|
Setelah
diberikan penje-lasan klien memahami tentang prosedur per-siapan dan sesudah
operasi
Kriteria
Klien
kooperatif dengan tindakan persiapan operasi maupun sesudah operasi.
Klien
mendemonstrasikan latihan yang diberikan.
|
·
Jelaskan prosedur persiapan operasi.
Þ
pemasangan infus.
Þ
puasa makan & minum sebelumnya 6 - 8 jam.
Þ
cukur daerah operasi.
·
Jelaskan situasi dikamar bedah.
·
Jelaskan aktivitas yang perlu dilakukan
setelah operasi.
Þ
Latihan batuk efektif.
Þ
mobilisasi dini secara pasif dan aktif bertahap.
|
4.
|
Kerusakan
integritas ku-lit berhubungan dengan luka pembedahan.
|
Luka insisi
sembuh tanpa ada tanda infeksi.
|
·
Pantau luka pembedahan dari tanda-tanda
peradangan: demam, kemerahan, bengkak dan cairan yang keluar, warna jumlah
dan karak-teristik.
·
Rawat luka secara steril.
·
Beri makanan berkualitas atau dukungan klien
untuk makan. Makanan mencukupi untuk mempercepat proses penyembuhan.
·
Beri antibiotika sesuai program medik.
|
DAFTAR
PUSTAKA :
Carpenito, L.J.
(2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Doengoes, M.E.
(2000), Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Rothrock, J.C.
(2000), Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif, EGC, Jakarta.
Sjamsuhidajat,
R. & Jong, W.D. (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Revisi, EGC,
Jakarta.
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEPERAWATAN
(PASIEN
DEWASA-MEDICAL SURGICAL)
I.
IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Su. No.
Reg. : 01063883
Umur : 26 tahun Tgl.
MRS : 25 Mei 2002
Jenis Kelamin : ♂ Diagnosa : Appendisitis Akut/
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Post Appendektomi
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Percetakan
Pendidikan : SLTA
Alamat : Kedung Tarukan Wetan, Surabaya
Penanggung : Sendiri
II.
RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
2.1
Riwayat Sebelum Sakit:
Penyakit berat yang penah diderita : --
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : --
Kebiasaan berobat : Dokter
Alergi :
--
Kebiasaan merokok/alkohol : --
2.2
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama MRS : Nyeri perut kanan
bawah sejak 2 hari SMRS (24/5-02), demam (+), mual (+), muntah (+).
Keluhan utama saat ini : Nyeri pada luka operasi.
Riwayat keluhan utama : Klien menjalani operasi
appendektomi pada tanggal 26/5-02 karena appendisitis perforasi, saat
pembedahan didapatkan pus ± 25 ml, saat ini luka tertutup kasa steril,
suppurasi (-), handschoen drain sudah diaff (28/05-02 jam 09.00 pagi). Klien
mengeluh nyeri pada luka operasi, demam (+), menggigil (-), bising usus
meningkat, diare (+) sejak tadi malam (27/5-02 jam 21.00) sudah 5 kali, volume
setiap kali diare ± 200 ml, mual (-), muntah (-). Terpasang infus pada lengan
kanan, nyeri lokasi pungsi infus (+), kemerahan (+).
2.3
Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram:
2.4
Riwayat Kesehatan Lingkungan : --
2.5
Riwayat Kesehatan Lainnya:
Alat
bantu yang dipakai:
-Gigi
palsu : Ù± ya Ù± tidak
-Kaca
mata : Ù± ya Ù± tidak
-Pendengaran : Ù± ya Ù± tidak
-Lainnya
(sebutkan) : --
III.
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
3.1
Keadaan umum : Kesadaran baik, sakit sedang, tampak lemah,
tirah baring.
3.2
Tanda-tanda vital, TB dan BB:
S : 38,9 0C
(axilla)
N : 108 x/mnt, teratur, lemah.
TD : 120/80
mmH, lengan kanan, berbaring
RR : 24 x/mnt, normal
TB : 156 cm
BB : 57 kg.
3.3
Body Systems:
3.3.1
Pernapasan (B1: Breathing)
Hidung :
anosmia (-), deviasi septum (-) rhinorhea (-)
Trachea :
tak ada kelainan.
Suara tambahan :
wheezing (-), ronchi (-), rales (-), crackles (-)
Bentuk dada :
simetris
3.3.2
Cardiovaskuler (B2: Bleeding)
Keluhan : pusing (-),
sakit kepala (-), palpitasi (-), nyeri dada (-), kram kaki (-)
Suara jantung :
S1/S2 normal/murni
3.3.3
Persyarafan (B3: Brain)
Kesadaran : Composmentis
GCS: E = 4, V = 5, M = 6
Pupil :
isokor, reaksi cahaya (+)/normal
Refleks tendon :
normal
Persepsi sensori :
tak ada kelainan
3.3.4
Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)
Produksi urine :
± 1500-2000 ml/24 jam;
Frekuensi :
> 5/hari
Warna :
kekuningan
Bau :
biasa
Keluhan : tidak ada
masalah
3.3.5
Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
Mulut dan tenggorok : fungsi mengunyah baik,
fungsi menelan baik, kebersihan mulut baik.
Abdomen : bising
usus meningkat, distensi (-),
nyeri tekan (+), luka (+) post operasi appendektomi.
Rectum : tdk dikaji
BAB : diare
sejak tadi malam
(27/05-02 jam 21.00), sudah 5 kali, volume setiap kali BAB ± 200 ml.
Diet :
bubur saring (vloy barr)
3.3.6
Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)
Kemampuan pergerakan sendi : normal/bebas
Extremitas :
tak ada kelainan
Tulang belakang : tak ada kelainan
Kulit :
-
Warna kulit : pigmentasi
normal
-
Akral : hangat
-
Turgor : cukup
3.3.7
Sistem Endokrin
Terapi hormon : --
Karakteristik
sex sekunder: normal
Riwayat
pertumbuhan dan perkembangan fisik: tidak ada kelainan
3.3.8
Sistem Reproduksi
Laki-laki:
-Kelamin
: bentuk normal,
kebersihan baik.
IV.
PSIKOSOSIAL
Sosial/Interaksi:
Dukungan
keluarga :
aktif
Dukungan
kelompok/teman/masyarakat : aktif
Reaksi saat
interaksi :
cukup koperatif
Spiritual:
Konsep tentang
penguasa kehidupan : Allah
Sumber
kekuatan/harapan saat sakit : Allah
Ritual
agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini : Sholat
Sarana/peralatan/orang
yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang diharapkan saat ini: ibadah
Upaya
kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama: tidak ada
Keyakinan/kepercayaan
bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi situasi sakit saat ini: Ya
Keyakinan/kepercayaan
bahwa penyakit dapat disembuhkan: Ya
Persepsi
terhadap penyebab penyakit: Cobaan/peringatan
Kebutuhan Pembelajaran:
-
Klien menyatakan takut makan untuk menghindari nyeri
perut, porsi yang disediakan tidak dihabiskan.
-
Klien menyatakan takut bergerak (tidur miring ke
kiri-kanan, duduk) karena luka di perutnya.
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : (27/5-2002)
-
Leukosit 13.000/ml
-
Hb 14 g/dl
VI.
TERAPI
Tgl
28/5-2002:
- Diet lunak
- Infus RL : D5 = 2 : 2
- Inj. Kalfoxin
3 X 1 g
- Fortagyl 3 x
500 mg
- Antrain 3 x 1
amp.
ANALISIS DATA
Data |
Penyebab |
Masalah
|
DS:
-
Klien mengeluh berak encer sejak tadi malam (27/5-02
jam 21.00), frek. 5x, volume setiap kali BAB ± 200 ml, mual (-), muntah (-).
DO:
-
Diare (+)
-
Bising usus meningkat
-
Diet lunak (Vloy barr)
-
Pada operasi didapat-kan appendisitis perfo-rasi
dengan pus ± 25 ml, dicuci dengan NaCl 0,9% sebanyak 2500 ml.
DS:
-
Klien mengeluh nyeri pada luka operasi dan lokasi
pemasangan infus (lengan kanan bawah)
-
Klien menyatakan takut makan untuk menghindari nyeri
perut, porsi yang disediakan tidak dihabiskan.
-
Klien menyatakan takut bergerak (tidur miring ke
kiri-kanan, duduk) karena luka di perutnya.
DO:
-
Luka post operasi appendektomi (+) hari III,
suppurasi (-), pera-dangan luka insisi (-)
-
Terpasang infus pada lengan kanan bawah, plebitis (+)
-
Klien tampak lemah, raut muka meringis, tirang
baring, miring kiri/kanan (-), duduk (-)
DS:
- Klien
mengeluh demam
DO:
-
SB 38,9 0C (per axilla), DN 108 x/mnt, RR 24 x/mnt,TD
120/80 mmHg.
-
Menggigil (+), keringat dingin (+)
-
Lekosit 13.000/ml
-
Plebitis lokasi pema-sangan infus (+)
-
Akral hangat
|
Appendisitis
perforasi
↓
Appendektomi
↓
Peradangan lokal
usus (ileosaekal)
↓
Permeabilitas
pembuluh darah meningkat
Peningkatan
peristaltik usus
↓
Peningkatan
pengeluaran cairan ke dalam lumen usus
↓
Diare
↓
Kekurangan volume cairan
Appendisitis
perforasi
↓
Appendektomi
↓
Kontinuitas
jaringan terputus
Pelepasan
neurotransmitter penyebab nyeri (bradikinin, histamin, enzim proteolitik,
dll)
↓
Peningkatan
eksitabilitas reseptor nyeri
↓
Respon nyeri periper + viseral
Appendisitis
perforasi
Tindakan invasif
appendektomi
Tindakan invasif
pemasangan infus
↓
Peradangan lokal
dan sistemik
↓
Pelepasan virogen
ke dalam darah
↓
Rangsangan pada
termoreseptor
↓
Peningkatan suhu tubuh |
Risiko kekurangan volume
cairan. b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan intake terbatas (mual).
Nyeri (akut) b/d luka insisi
post appendektomi.
Hipertemia b/d proses inflamasi
lokal dan sistemik sekunder terhadap appendisitis perforasi.
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Hipertemia b/d proses inflamasi lokal dan sistemik
sekunder terhadap appendisitis perforasi.
2.
Nyeri (akut) b/d luka insisi post appendektomi.
3.
Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan
berlebihan melalui feses dan intake terbatas.
INTERVENSI
No & Tanggal
|
Dx.Keperawatan
&
Kriteria Hasil
|
Rencana Tindakan
|
Rasional
|
28/4-02
|
Hipertemia b/d proses inflamasi
lokal dan sistemik sekunder terhadap appendisitis perforasi.
Kriteria hasil:
Klien akan dapat mempertahankan
suhu tubuh normal (36-37 0C), tanda vital lainnya dalam batas normal.
Nyeri (akut) b/d luka insisi
post appendek-tomi.
Kriteria hasil:
Klien akan:
1.
melaporkan nyeri hilang atau terkon-trol
2.
tampak rileks
3.
dapat tidur malam selama 6-8 jam.
Risiko kekurangan volume cairan
b/d hipertermia, diare dan intake terbatas.
Kriteria hasil:
Klien akan memperta-hankan
keseimbangan cairan dengan tanda:
1.
mukosa lembab,
2.
turgor kulit baik,
3.
tanda vital dalam batas normal,
4.
haluaran urine ade-kuat (1500-2000 ml/ 24 jam)
|
1.
Lakukan kompres dingin (air biasa)
2.
Diskusikan bersama klien faktor-faktor risiko
pencetus hipertermia (dehidrasi, proses peradangan lokal/sistemik)
3.
Kolaborasi pemberian antipire- tika sesuai indikasi.
4.
Pantau suhu tubuh dan tanda vital setiap jam selama
fase serangan demam.
1.
Pertahankan istirahat dengan variasi posisi semi
Fowler, miring kiri-kanan, supinasi dengan lulut ditekuk.
2.
Dorong ambulasi dini
3.
Berikan aktivitas hiburan terapeutik.
4.
Berikan obat analgetik dan antibiotika sesuai program
terapi.
5.
Pantau perkembangan keluhan nyeri (skala, lokasi,
frekuensi, durasi dan faktor pencetus)
6.
Pantau keadaan luka insisi pasca bedah:
7.
Pantau dampak nyeri terhadap aktivitas dan istirahat
klien
1.
Pertahankan asupan diet sesuai toleransi klien.
2.
Pertahankan asupan cairan yang adekuat, anjurkan
minum sedikitnya 2000 ml/24 jam (200 ml/2 jam)
3.
Kaji tanda-tanda dehidrasi, frekuensi diare, volume
dan karakteristik feses.
|
Dapat memberikan efek
ketenangan psikologis walaupun mekanisme penurunan suhu antara kompres dingin
dan kompres hangat masih diperdebatkan.
Demam dapat timbul sebagai
reaksi tubuh terhadap keadaan infeksi dan peradangan lokal maupun sistemik,
begitu juga dehidrasi dapat meningkatkan suhu tuhu tubuh.
Antipiretika diperlukan dalam
menurunkan suhu tubuh yang ekstrim untuk mencegah komplikasi neurologis.
Memantau perkembangan masalah
klien.
Menurunkan tegangan abdomen.
Meningkatkan normalisasi fungsi
organ (merangsang peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan
keti-dak-nyamanan abdomen.
Mengalihkan fokus perha-tian
klien terhadap nyeri, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan ke-mampuan
koping klien.
Analgetika mengurangi nyeri. Antibiotika
membu-nuh/menghambat pertum-buhan kuman sehingga dapat mencegah/meng-atasi
proses infeksi yang menimbulkan nyeri.
Menilai perkembangan masalah
klien.
Menilai keadaan luka insisi
bedah sebagai pencetus timbulnya nyeri.
Menilai dampak nyeri terhadap
kemungkinan timbulnya masalah baru.
Pemberian diet pada klien pasca
bedah usus perlu diberikan secara bertahap sesuai kemampuan tole-ransi untuk
mencegah komplikasi (obstipasi, kembung, diare)
Asupan cairan yang adekuat
dibutuhkan untuk mengimbangi kehilangan akibat hipertermia di samping sebagai
upaya menurunkan suhu tubuh.
Menilai perkembangan masalah
klien.
|
Tgl |
Jam |
Tindakan
Keperawatan
|
Nama Perawat
|
28/05-02
|
16.00
16.15
16.30
17.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
16.30
16.45
17.00
17.00
19.30
19.30
19.30
07.00
14.00
16.00
18.00
20.00
22.00
19.45
|
Dx.1 Hipertermia …
1.
Menunjukkan kepada klien/keluarga cara pelaksanaan
kompres dingin (air biasa)
2.
Aff infus (plebitis)
3.
Mendiskusikan bersama klien dan keluarga
faktor-faktor risiko pencetus hipertermia (dehidrasi, proses peradangan
lokal/sistemik)
4.
Memberikan antipiretika sesuai indikasi.
- Injeksi
Antrain 1 ampul.
5.
Memantau suhu tubuh dan tanda vital setiap jam selama
fase serangan demam:
- S:
38,9 N: 108 TD: 120/80
RR: 24
- S:
38,5 N: 100 TD: 110/70
RR: 22
- S:
38,0 N: 100 TD: 110/70
RR: 20
- S:
37,6 N: 92 TD: 110/70 RR: 20
- S:
37,5 N: 92 TD: 110/70 RR: 18
Dx.2 Nyeri …
1.
Membantu klien melakukan perubahan posisi baring
(semi Fowler, miring kiri-kanan, supinasi dengan lulut ditekuk)
2.
Menjelaskan pentingnya ambulasi dini dan mendorong
klien melakukannya.
3.
Mendampingi klien saat serangan nyeri, melaukan
masase ringan pada permukaan abdomen, mengajarkan latihan napas dalam.
4.
Memberikan obat-obatan:
-
Mylanta untuk mengurangi kembung
-
Inj. Kalfoxin 1 g
-
Fortagyl 500 mg
5.
Memant`u perkembangan keluhan nyeri
-
skala: sedang (5-6)
-
lokasi: abdomen kanan bawah
-
frekuensi: menetap
-
durasi: menetap
-
faktor pencetus: luka insisi pasca bedah
6.
Memantau keadaan luka insisi pasca bedah:
-
Tanda-tanda peradangan (-)
-
Suppurasi (-)
7.
Memantau dampak nyeri terhadap aktivitas dan
istirahat klien:
-
Ambulasi: terbatas, takut bergerak
-
Istirahat/tidur: tidak terkaji
Dx.3 Risiko kekurangan volume cairan
1.
Membantu klien makan malam, diet bubur halus, tidak
dihabiskan.
2.
Menyusun jadual minum bersama klien dengan program
200 ml/2 jam:
- 200
ml √
- 200
ml √
- 200
ml √
- 200
ml √
- 200
ml
3.
Mengkaji tanda-tanda dehidrasi, frekuensi diare,
volume dan karakteristik feses.
- Mukosa
mulut lembab, turgor cukup, tanda-tanda dehidrasi (-)
- Frekuensi
diare (16.00-20.00) 1x
- Volume
feses ± 200 ml
- Karakteristik:
encer, ampas (+), lendir (-), darah (-)
|
|
EVALUASI
Tgl & No.
|
Diagnosa
|
Evaluasi
|
Nama Perawat
|
29/05-02
Jam 08.00
|
Dx.1 Hipertermia …
Dx.2 Nyeri (akut) …
Dx.3 Risiko keku-rangan volume cairan
|
S:
Keluhan demam (-),
sejak tadi malam
tidak demam lagi.
O: S: 37,4
N: 88 TD: 110/70 RR: 18
A: Masalah
teratasi
P: Pantau
timbulnya demam berulang
S: Keluhan
nyeri (+), lebih
mendingan dari kemarin, skala
3-4 (ringan), tidur nyenyak (± 6-7 jam)
O: - Ekspresi wajah rileks
-
Tanda-tanda peradangan luka insisi bedah (-)
A: Masalah
teratasi sebagian.
P: -
Lanjutkan intervensi no. 4 dan 5
-
Tekankan bahwa nyeri akan berkurang seiring dengan
proses penyembuhan luka bedah
S: Keluhan
diare (-)
O: Tanda-tanda
dehidrasi (-), mukosa mulut
lem-bab, turgor kulit baik, tanda vital (lihat Dx.1), diet bubur
kasar, minum habis 200 ml/2 jam.
A: Masalah
teratasi
P: Pantau
berulangnya diare
Catatan:
- Klien KRS jam 12.00 dengan persetujuan tim
kesehatan.
|
A. Kadir A
A. Kadir A
A. Kadir A
|
EVALUASI
Tgl & No.
|
Diagnosa
|
Evaluasi
|
Nama Perawat
|
22/05-02
Jam 13.00
|
Dx. 1 Nyeri …
Dx. 2 Risiko cedera
Dx. 3 Gangguan ……...mobilitas
fisik
|
S: Keluhan
nyeri (+), skala sedang (berkurang)
O: Luka
fraktur terbuka (+),
pembalut bersih/ke-ring,
perdarahan (-).
A: Masalah
belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi no. 5 dan 6.
S: Keluhan demam (-), pusing (-), mual (-), muntah
(-)
O: - VS: T 120/70, N 88, t 37,8 0C,
RR 20
- Edema area fraktur berkurang, kulit
hangat.
A: Masalah
belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi no. 1, 4 dan 5
S: Keluhan
nyeri bila bergerak (+)
O: - OF Fibula (+), nyeri (+)
-
Edema area fraktur (+)
-
Terapi restriktif (+)
-
Keadaan umum baik
A: Masalah
teratasi sebagian
P: -
Lanjutkan intervensi no. 2, 3 dan 4.
-
Kolaborasi pemeriksaan Hb/Ht.
-
Persiapkan klien untuk menjalani pemasangan traksi
(Kamis, 23/05-2002)
|
A. Kadir A
A. Kadir A
A. Kadir A
|
EVALUASI
Tgl & No.
|
Diagnosa
|
Evaluasi
|
Nama Perawat
|
23/05-02
Jam 14.00
24/05-02
Jam 09.00
|
--
--
|
Klien menjalani pemasangan skeletal traksi pada jam
10.00
Klien pindah ke Ruang Bedah B
|
A. Kadir A
A. Kadir A.
|